SETIAP orang yang mendaki Gunung Semeru pasti menyisakan beragam cerita tentang eksotisnya gunung tertinggi di Jawa ini. Rasanya, berbagai bukti foto-foto selama perjalanan hingga ke puncak belum memuaskan saat mengunjungi gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia ini.
Selain cerita keindahan alam Semeru, beberapa pendaki juga punya pengalaman lain yang tidak semua pendaki mengalaminya, yakni pengalaman tentang ‘dunia lain’ di Semeru. Cerita ini dikisahkan langsung oleh pendaki maupun orang yang menemukan pendaki ketika tersesat.
Salah satunya dialami Bagus Ary, seorang pendaki asal Malang, Jawa Timur. Pendaki yang sudah beberapa kali mendaki Semeru ini mengungkapkan, sekira 2009 dirinya bersama tiga temannya mendaki ke Semeru. Target pertama mereka adalah menginap di Kalimati.
Selama perjalanan dari Ranu Pane menuju Kalimati, mereka melewati Oro-Oro ombo dan Cemoro Kandang. Di Cemoro Kandang, medan memang terus menanjak hingga Jambangan. Mungkin untuk menghilangkan capek dan agar tidak terlalu merasakan lelah, keempat pendaki ini sering mengeluarkan kata-kata kotor khas Jawa Timur-an, atau misuh-misuh meski dengan nada gurau. Tak terasa memang, perjalanan mereka akhirnya sampai di Kalimati yang berada di ketinggian 2.700 mdpl.
Kawasan yang berupa padang savana berada di tepi hutan pinus dengan latar puncak Mahameru ini membuat para pendaki betah mendirikan tenda di sini. Keempat pendaki ini kemudian berencana naik ke puncak pada malam hari sekira pukul 00.00 WIB. Mereka kemudian bergegas mendirikan tenda, sebagian lagi mengeluarkan bekal untuk masak menu sore dan logistik untuk dibawa dalam perjalanan menuju puncak.
Sore menjelang, mentari sudah mulai tenggelam dengan meninggalkan mega merah di langit barat. Tak berselang lama, pemandangan berganti keindahan alam semesta dengan kerlap-kerlip berjuta-juta bintang di angkasa, lengkap dengan bulan yang nampak belum penuh.
Mereka kemudian memilih istirahat lebih awal untuk menyimpan energi menuju puncak pada tengah malam nanti. Tanpa dikomando, keempatnya kemudian terlelap dalam tidur. Di sinilah mulai peristiwa aneh itu terjadi.
Bagus bercerita jika tidurnya tidak bisa tenang, pun demikian dirasakan teman-temannya. Ia dan teman-temannya mengaku beberapa kali seperti ditarik oleh seseorang sampai terbangun. Awalnya, mereka mengira itu perbuatan temannya sendiri, tapi setelah masing-masing merasakan hal yang sama dan mengaku tidak melakukanya, akhirnya mereka sadar ada makhluk lain yang menariknya ketika tidur.
Pengalaman Bagus dan teman-temannya tidak berhenti di situ, Bagus juga diketoki atau melihat sebuah bangunan mirip pemandian putri di kawasan bawah Arcpadha, tepatnya di jurang sebelah kiri kalau dari arah atas. Mereka masih bersyukur tidak terjadi peristiwa yang lebih menyeramkan atau membuat mereka tersesat.
Pada pendakian selanjutnya, Bagus selalu mengingatkan rekan lain agar selalu menjaga perkataan dan perilaku selama pendakian, berbicara sopan, tidak pongah, serta tidak merusak tempat-tepat atau menebang pohon sembarangan. Sebab, siapa tahu di tempat-tempat tertentu terdapat makhluk lain ciptaan Tuhan.